Paradox: Bagaimana jika Tuhan menciptakan tuhan?
Ditemani angin malam sambil berdiskusi, sedang scrolling beranda dan seseorang memposting status yang cukup menarik yaitu: Bagaimana jika Tuhan menciptakan tuhan?, tuhan disini yang dimaksud adalah yang satu sifat dengan dia.
Berbicara tentang pertanyaan ketuhanan, mengingatkan saya kepada salah satu filsuf muslim terkenal yang berasal dari Andalusia; sekarang patung beliau masih ada di Cordoba dengan pose berpikir serta berhiaskan sorban. Dari ciri diatas ya siapa lagi kalau bukan Ibnu Rusyd alias Averroes.
Ibnu Rusyd terkenal sebagai salah satu filsuf muslim. Singkatnya beliau dalam perjalanan hidupnya terkenal sebagai orang yang memikirkan konsep pendamaian antara wahyu dan akal dalam bukunya fasl al-maqal fi ma bayn al-Hikma wa al-Sharia.
Dalam catatan sejarah, beliau terkenal dengan salah satu paradox yang terkadang masih diperdebatkan banyak orang (walau tidak penting) yaitu "Apakah Tuhan bisa menciptakan sebuah batu yang dia sendiri tidak mampu angkat?". Paradox ini terkenal sebagai paradox ke-Maha Kuasa-An. Walaupun beliau menciptakan paradox tersebut tetapi beliau adalah Muslim yang taat. Bahkan beliau menulis buku tentang fiqih. Maka dari itu, tidak ada sedikitpun niat beliau untuk menyudutkan agamanya, dan sebenarnnya pertanyaan tadi sangatlah mudah dianalisis karena sebenarnya adalah paradox. Paradox terjadi ketika salah dan benar terjadi disaat yang sama.
Jika Tuhan bisa menciptakannya berarti ia Maha Kuasa, namun ditentang dengan ia yang tidak bisa mengangkatnya maka kemahakuasaannya batal, dan sebaliknya.
Kembali ke persoalan awal, sebenarnya pertanyaan antara status teman saya dan Ibnu Rusyd memiliki pola yang sama, walau maknanya berbeda. Menurut saya, kedua orang tersebut sama-sama menanyakan apakah Yang Maha Kuasa bisa melakukan hal yang berlawanan dengan sifat kemahakuasaannya?. Oleh karena itu disebut sebagai paradox. Paradox sendiri ada yang bisa di jawab dan ada yang dibiarkan begitu saja.
Dalam paradox dari Ibnu Rusyd, Tuhan bisa atau tidak melakukannya itu tidak perlu di jawab karena pemahaman tentang pertanyaan itu sendiri harus dikaji ulang (itulah sebabnya Ibnu Rusyd masih beriman). Pertanyaan tersebut sebenarnya tidak bisa dijawab karena batu yang diminta bertujuan menyangkal kemahakuasaan. Jadi premis pertama dan kedua saling menyangkal jika dibenarkan. Kalau begitu saya dengan mudah dapat membuat paradox serupa yaitu "Apakah yang maha pemberi bisa memberi sesuatu sampai tidak ada lagi yang tidak bisa ia beri?" , atau "Apakah yang maha mengetahui bisa mengetahui sesuatu yang dia sendiri tidak ketahui?". Bisa dilihat perbandingannya, yang membuat kita bingung adalah pertanyaan tersebut kontradiktif antar premisnya.
Jika saya membenarkan premis A, maka premis B batal. Jika saya membenarkan premis B, maka premis A batal.
Ya, itulah yang namanya paradox
Hanya terjadi dalam pikiran manusia dan tidak terjadi di realita
Orang asing berkata: "Jangan percaya pada orang asing"
Bagaimana cara memikirkan hal diatas?
Menurut saya sih tidak perlu dipirkan
Sedangkan pertanyaan yang dilontarkan teman saya juga sebenarnya suatu kesalahan. Bagaimana mungkin Tuhan menciptakan cerminannya sendiri jika sifat Tuhan adalah Maha Esa dan Tidak Berawal? Lagi-lagi pertanyaan ini juga kontradiksi satu sama lain premisnya.
Jadi apakah bisa dan tidak bisa itu tidak dari sudut pandang nalar manusia, karena Tuhan sendiri adalah dzat yang metafisik dan tidak bisa dimaterialisasi. Dia berada di langit namun wajahnya dimana-mana, dia bahkan lebih dekat dari urat nadi manusia. Dia tidak membutuhkan ciptaannya termasuk ruang dan waktu, sedangkan logika manusia terbatas oleh pemahaman pada dimensi-dimensi tertentu. Maka akan sangat aneh jika membayangkan ke-Maha-an Tuhan dengan nalar manusiawi.
Wassalam
Belum ada Komentar untuk "Paradox: Bagaimana jika Tuhan menciptakan tuhan?"
Posting Komentar