Ibnu Rusyd: Eksistensi Tuhan

PEMIKIRAN AVERROES
Filsuf muslim yang kerap dituding sebagai bapak sekulerisme




Ibnu Rusyd atau Averroes adalah seorang filsuf yang hidup di Andalusia. Beliau mendalami berbagai macam jenis filsafat terutama filsafat metafisik yang berlandaskan Aristotelian. Menurut beliau, mempelajari filsafat seharusnya dapat memperkuat dan mempertebal iman. Namun entah kenapa malah karya-karya beliau dijadikan landasan dalam peradaban sekulerisme.

Memang sih karya beliau dulu sempat dibakar di perpustakaan Andalusia oleh umat Muslim pada waktu itu karena dianggap sesat. Tidak hanya sampai disitu, karya-karya beliau juga dibakar di Paris, dan barangsiapa mempelajari karya beliau maka ia terancam hukuman mati karena dianggap heretic juga oleh pemuka-pemuka gereja. Pernah suatu waktu beliau hendak sholat namun diusir dari Masjid di Cordova.

Padahal beliau berpengaruh besar terhadap bangkitnya rasionalitas dan hal ini HARUSNYA tidak dianggap bertentangan dalam Islam karena Allah SWT juga memerintahkan manusia untuk berpikir menggunakan akal sehat. Beliau bahkan memiliki kepribadian saintifik yang jarang sekali orang miliki di zaman beliau.

SCIENTIFIC PERSONALITY-nya beliau yaitu:

- Ibn Rusyd tidak memiliki catatan bahwa ia pernah membenci kelompok tertentu, baik dalam Islam maupun di luar Islam, la sangat apresiatif terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan, la juga sangat menjunjung tinggi ilmu-ilmu tradisional.

- Ibn Rusyd tak pernah memusuhi para pemikir bebas, juga tak pernah melecehkan ulama, karena dia sendiri adalah seorang pemikir bebas dan seorang ulama.

- Tidak seperti al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah yang berpretensi telah menemukan kebenaran akhir Ibnu Rusyd selalu membuka ruang bagi kemungkinan datangnya kebenaran baru. Baginya, sumber kebenaran tidak hanya datang dan wahyu, tapi juga dari hikmah para filsuf dan pemikir.

Jika akal sehat digunakan secara benar, maka sejatinya alam semesta tentu ada dan harus ada permulaannya. Anehnya, kaum materialis berkedok saintis justru menuntut pembuktian mengenai eksistensi Tuhan secara inderawi yang jelas-jelas adalah mustahil, lalu menambal teori mereka dengan 'ketiadaan'. Hanya karena mereka tidak bisa menemukan 'footprint' kreasionisme di dalam gen makhluk hidup. Padahal hewan dan tumbuhan juga diciptakan dari air, lalu mengalami perubahan bentuk dan tabiat setelah berada di daratan. Maka evolusi makhluk hidup sebenarnya juga masih dalam ajaran Islam, hanya saja permulaannya adalah penciptaan oleh Allah SWT dari bahan dasar yang ada. Dalam sains, teori Abiogenesis menjelaskan bagaimana kehidupan organik bermula dari kehidupan anorganik, tentu tidak mustahil bagi sang khaliq untuk melakukannya. Namun justru, filsafat dan sains seringkali menjadi pangkal keraguan terhadap Tuhan karena disusupi pemikiran-pemikiran materialis di dalamnya. Mereka tidak akan puas sebelum eksistensi Tuhan dibuktikan secara Inderawi.

Padahal jika kita flashback ke era Musa, gunung Sinai saja hancur karena mulianya Allah.

Hal ini diceritakan dalam Al Qur'an

 "Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Rabbnya telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: 'Ya Rabbku, nampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat kepada-Mu.' Allah berfirman: 'Kamu sekali-kali tidak sanggup untuk melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap ditempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku.' Tatkala Rabbnya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: 'Mahasuci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu dan aku orang yang pertama-tama beriman.'" (QS. al-A'raaf: 143)

Lantas kenapa manusia zaman sekarang kerap:

'Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya' [22:18]

Berfilsafat jika didampingi dengan petunjuk kitabullah menurut beliau, seharusnya malah memperkikis iman. Jika sebaliknya, maka yang terjadi orang tersebut yaitu:

- Tidak dapat memiliki kapasitas untuk masuk ke dunia filsafat
- Tidak dapat mengendalikan pikiran, berpikir secara liar tanpa diberikan batasan tertentu terutama agama
- Tidak adanya guru sebagai pembimbing untuk orang tersebut dalam mendalami filsafat



Maka dari itu Averroes menyusun hipotesis-hipotesis (karena metafisik tidak punya bukti secara material) tentang ketuhanan berikut ini:

- PEMBUKTIAN TUHAN: DALIL INAYAH

Alam dan seluruh kejadian yang ada di dalamnya, seperti siang dan malam, dan bulan, semuanya menunjukkan adanya penciptaan yang teratur dan rapi yang didasarkan atas ilmu dan kebijaksanaan

Dalil ini mendorong orang untuk melakukan penyelidikan dan penggalan yang terus menerus sesuai dengan pandangan akal fikirannya.

- PEMBUKTIAN TUHAN: DALIL IKHTIRA'

Penciptaan alam dan makhluk di dalamnya nampak jelas dalam gejala-gejala yang dimiliki makhluk hidup. Semakin tinggi tingkatan makhluk hidup itu, kata Rusyd, semakin tinggi pula berbagai macam kegiatan dan pekerjaannya.

Hal ini tidak terjadi secara kebetulan. Sebab, bila terjadi secara kebetulan, tentu saja tingkatan hidup tidak berbeda beda. Ini menunjukkan adanya pencipta yang mengatur kehidupan. Dalil ini sesuai dengan syariat Islam. dimana banyak ayat yang menunjukkan perintah untuk memikirkan seluruh kejadian alam ini

- PEMBUKTIAN TUHAN: DALIL GERAK

Dalil gerak disebut juga dalil penggerak pertama yang diambil dari Aristoteles. Dalil tersebut mengungkapkan bahwa alam semesta bergerak dengan suatu gerakan yang abadi, dan gerakan ini mengandung adanya pergerakan pertama yang tidak bergerak dan berbenda, yaitu Tuhan (Primum Movens). Perlu diingat bahwa Sang Khaliq tidak memerlukan makhluknya termasuk ruang dan waktu, maka dalam logika manusia yang terikat dengan sunatullah atau ketetapan hukum alam, Allah SWT dianggap tidak bergerak secara fisika. Hal ini lantas menjadi bantahan terhadap kaum-kaum materialistik.

Dari hal diatas dapat kita simpulkan bahwa Islam dapat dibuktian dengan rasionalitas, bukan hanya mengacu pada teks-teks keagamaan karena menurut beliau, hakikat filsafat yang sebenarnya adalah sebuah bentuk pengamatan atas segala makhluk yang ada secara seksama untuk mengetahui/mengenali sang pencipta.

Dari pemikiran beliau bisa disimpulkan bahwa keberadaan Tuhan bisa dibuktikan secara rasional asalkan kita tahu batas-batas yang perlu ditaati. Tidak terlalu liar dan terlalu kaku.



Belum ada Komentar untuk "Ibnu Rusyd: Eksistensi Tuhan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

adnow