Keroncong - Musik Yang Gak Akan Ada Matinya
Pas tahun 1661 mereka dibebaskan, pada tahun itu dimukimkan di sekitar rawa-rawa daerah Cilincing, atau Kampoeng Toegoe. Mata pencaharian mereka adalah bertani dan berburu, di waktu-waktu senggang mereka memainkan musik dan bernyanyi dengan khas berirama lambat diiringi rajao (gitar kecil berdawai lima), biola, gitar, cello , dua jenis ukulele (cak dan cuk), rebana dan suling.
Bisa dibilang, ini catatan awal mengenai sejarah lahir dan berkembangnya keroncong,
Oh ya keroncong sendiri adalah hasil percampuran budaya bermusik para budak yang dibawa Portugis dan budaya Indonesia.
Penyebaran awal musik Keroncong terjadi pada abad ke-20 dimulai dari Batavia ke Soerabaja yang digabungkan dengan pementasan teater komedi bangsawan yang bertemakan kisah dari Timur Tengah. Pada pertunjukan tersebut lagu-lagu keroncong tersebut juga menjadi lagu pengiring pemain sandiwara dalam berakting, menari, bernyanyi dan berkomedi. Ketika teater komedi itu tidak lagi digelar, lagu keroncongnya tetap dinyanyikan dengan nama Stambul Keroncong, dalam bentuk lagu maupun instrumental.
Kini memasuki abad ke-21 musik Keroncong dapat dipastikan akan tetap bersinar dan semakin menjangkau pencinta musik dari berbagai macam kalangan.
Kenapa akan tetap bersinar?
Karena yang membuat musik Keroncong tidak akan lekang dimakan jaman adalah ketahanannya yang telah teruji cukup lama dan telah sah bukan menjadi musik musiman. Serta iramanya yg cukup bersahabat dan tak akan pernah mati dan juga lekang oleh waktu.
Dengan ditambah banyaknya musisi yg mulai bereksperimen dan mulai mengangkat lagu ini kedalam musiknya,seperti payung teduh dalam single diam.
Maka tidak ada salahnya jika keroncong emang cocok untuk dikombinasikan dalam genre musik modern.
Belum ada Komentar untuk "Keroncong - Musik Yang Gak Akan Ada Matinya"
Posting Komentar